keeping my sanity during Pandemi
Assalamualaikum penontoon!
Tidak kusangka akhirnya menulis lagi disini… dan ini sudah Tahun 2021 wakwaaww…. apa kabar pemirsa semua? semoga selalu dalam keadaan sehat walafiat ya, Aamiin… Last year was one tough year for everyone wasnt it? and the Pandemic isn’t over, yet those numbers increasing dramatically for these past months, sad but true, masih gak nyangka akan ada kejadian se-maha dahsyat ini yang mengubah hidup orang banyak, kehidupan hampir seluruh manusia dimuka bumi ini, termasuk saya sendiri.
Tahun 2020 mungkin memang tahun yang tidak akan terlupakan untuk semua orang, bagaimana mungkin ada orang yang tidak “terkagetkan” oleh urusan pervirusan ini, rasanya tidak ada. Alhamdulillahirobbil’alamin puji syukur kepada Alloh SWT, saya sekeluarga sampai detik ini diberikan nikmat yang tidak bernilai harganya yaitu kesehatan, namun ada kejadian maha dahsyat juga tahun ini yang melanda kehidupan saya pribadi, Bapak saya telah menyelesaikan urusannya di dunia ini, tepatnya 12 Agustus 2020 beliau dipanggil menghadap Sang Pencipta, bukan karena Covid-19 tentunya, ya memang sudah sampai disitu usianya, semoga Alloh SWT mengampuni segala kekhilafan Bapak saya, menerima segala amal ibadahnya, dan menyampaikan doa-doa kami kepadanya, Aamiin ya robbal’alamin. Ya saya officially seorang Yatim-Piatu.
kisah selanjutnya yang tidak kalah menghebohkan adalah urusan per-ART-an, dimana itu adalah drama ibu-ibu yang tidak ada habisnya, dimulai saat bulan Januari 2020, ART saya mengundurkan diri, lalu belum sempat saya menemukan ART baru yang cocok dihati, keburu dihantam pandemi, jadilah kami takut untuk mendatangkan orang yang tidak kami kenal, ya walaupun ada teknologi Swab-PCR, tetapi tetap saja sepertinya masih ngeri-ngeri sedap. akhirnya saya dan suami berdamai dengan keadaan yaitu, hidup tanpa ART.
Terhitung sejak Maret 2020, saya & suami melakukan kerja dari rumah alias WFH, nah tantangannya dimulai disini, pertama si bocil yang terbiasa banyak teman, karena sebelum pandemi kalau kedua orangtuanya ke kantor, dia dititipkan di daycare, yang mana banyak krucil-krucil seusianya, lalu sekarang hanya dirumah saja membuat dia kadang tantrum karena bosan, dan yang pasti minta ditemani main terus alias gak mau ditinggal barang sebentar , mamak-mamak harus punya banyak stok sabar 🙂
Dilema WFH bersama bocil dan tanpa ART adalah suatu momok menyeramkan bagi sebagian orangtua, bagaimana tidak, screentime untuk anak jadi bertambah gak karuan, ya mau gimana lagi, disaat kadang mamak dan bapak harus meeting online bersamaan waktunya masing-masing, terpaksa harus ada yg menemani bocil ini, siapa lagi kalau bukan karakter-karakter kartun yang menyanyi riang gembira di layar, baik layar TV maupun layar handphone. Ya sudahlah, namanya juga sedang berdamai dengan keadaan ye kan 🙂
Hal lain yang tidak kalah menyita waktu adalah mengerjakan pekerjaan Rumah Tangga, yang mana sebenernya ini masalah pemilihan waktu saja, jadi sekarang mamak sudah santai saja kalau melihat isi rumah berantakan, mainan bertebaran dimana-mana, cucian piring menumpuk, dan lain sebagainya. Kuntji nya adalah sabar. ada beberapa strategi yang saya & suami terapkan dalam hal gotong royong bahu membahu mengerjakan pekerjaan rumah tangga ini, yang pasti sebagian besar hal dilakukan setelah jam kantor selesai, atau dengan kata lain, sore menjelang malam dan malam hari (pokoknya gak selesai-selesai lah). By the way, ini mamak mengetik ngetik di blog ini juga saat bocil sedang tidur siang tentunya, kalau doi masih on, tidak akan mungkin terlaksana tulisan panjang ini.
ini adalah rata-rata schedule harian keluarga kecil kami, siapa tahu bisa membantu keluarga-keluarga lain diluar sana:
- Pagi Hari (05.30 – 09.00) : Bangun tidur, ibadah, leyeh-leyeh saat bocil belum bangun, cuci piring bekas makan malam, siapin sarapan seadanya, biasanya roti/telur mata sapi/buah dan air madu/teh/keluar beli jajan kue2, masak nasi, jalan pagi (kalau lagi mood), mandiin bocil, sarapan, tidak lupa check in di aplikasi absensi kantor. Kenapa mandi pagi tidak tertulis, karena kadang tidak sempat dan hawa nya malas saja, keburu huru hara kalau anak kecil sudah bangun 🙂
- Pagi menjelang siang (09.00 – 13.00): maintaining my sanity while working and taking care of bocil, pesen lauk-pauk karena mamak tidak mahir dan tidak sempat masak, Alhamdulillah walaupun mamak tidak pernah masak namun dengan teknologi saat ini dan juga warga sekitar yang pandai-pandai masak, mamak bisa pesan lauk-lauk lezat nan ramah dikantong setiap hari, jadi ada sebuah resto rumahan yang rasanya cocok dilidah kami dan tentunya juga harganya dan variasi menu makanannya Subhanalloh, thanks to Indah Resto & Gojek/Grab yang menunjang kehidupan kami sehari-hari wkwkkwkw. lanjut makan siang bersama, dan usaha yang sangat keras untuk membuat anak kicik ini tidur siang
- Siang (13.00-16.00): kalau bocil tidur siang, level kebahagiaan mamak meningkat, karena bisa bekerja dengan tenang tanpa gangguan, biasanya menikmati momen-momen 2 jam ini dengan menyeruput segelas ice coffee kekinian.
- Sore (16.00- maghrib): perjuangan urusan pekerjaan rumah dimulai, beres-beres mainan anak, menyapu&ngepel adalah tugas bapak, sementara mamak cuci piring bekas makan siang, mandiin bocil, ajak main sore keliling cluster, tidak lupa mamak juga mandi, lanjut sholat maghrib berjamaah 🙂
- Malam ( ba’da maghrib – menjelang tidur): setelah maghrib kami makan malam bersama, lanjut mamak berjibaku dengan mesin cuci, sambil nunggu cucian kelar, mamak biasanya nonton netflix supaya gak gampang marah-marah terus kewarasan ini perlu dijaga dengan menonton serial-serial favorit mamak, sesaat sebelum cucian selesai ambil cucian kering di jemuran dan di lipat lalu langsung dimasukan ke lemari, selain memasak, hal yang tidak saya lakukan adalah menyetrika, karena baju-baju dirumah tidak perlu disetrika, selain menghemat energi listrik juga menghemat energi mamak :), selesai urusan percucian, lalu siap-siap tidur dengan hati (harus) gembira.
Begitulah sekelumit kisah saya menjaga jiwa raga diri dan keluarga tetap sehat dan waras dimasa-masa sulit ini. Alhamdulillah tidak lupa selalu dipanjatkan kepada Alloh SWT, karena keluarga kami hanya perlu berjibaku dengan urusan mengurus rumah tangga & anak tanpa harus memikirkan penghasilan yang berkurang, seperti sebagian orang yang terdamapak ekonominya karena pandemi ini. Allohuakbar Alloh Maha Besar.
Ciaoo!